KOMPAS.com - Langit tampak biru di perairan sekitar Pulau Madura, Jawa Timur. Matahari dari arah timur memancarkan sinar keperakan yang memantul dari permukaan laut. Dari kejauhan, sejumlah kapal melaju perlahan, membelah ombak yang tenang berbaris menuju garis pantai.
Di tengah laut, sejumlah petugas sibuk mengoperasikan rig untuk mengebor sumur minyak dengan kedalaman hingga puluhan meter di Blok West Madura Offshore. Beberapa kilometer dari lokasi rig itu, beberapa petugas lain berseragam celana terusan warna oranye memeriksa kondisi peralatan di anjungan minyak lepas pantai.
Untuk berpindah dari satu fasilitas pengeboran ke tempat lain, mereka menumpang kapal motor. Begitu tiba di lokasi yang dituju, para pekerja naik ke basket ukuran besar, lalu diangkat dengan menggunakan ekskavator ke atas anjungan yang memiliki ketinggian hingga belasan meter. Ada juga yang berpindah dari kapal ke fasilitas operasi dengan berayun memakai tali.
Di blok itu juga terdapat fasilitas terapung penampung hasil produksi minyak mentah "Berkah". Kapal yang memiliki bangunan enam lantai itu sekaligus sebagai hotel terapung bagi para pekerja dengan fasilitas antara lain kamar tidur, ruang makan, tempat hiburan dan olahraga, serta tempat pendaratan helikopter. Ketika hari beranjak sore, para pekerja akan berkumpul di kapal itu untuk melepas lelah, beristirahat.
Semua kegiatan operasi migas di blok itu terpantau secara sistem. Dari dalam ruang kontrol di fasilitas terapung itu, sejumlah petugas tampak mengawasi kegiatan produksi migas. Mereka juga memantau situasi di perairan itu melalui komputer untuk mendeteksi jika ada perahu nelayan atau kapal dagang yang mendekati blok migas tersebut. Semuanya demi menjaga keamanan obyek vital itu.
Dudy Wahyudhi, pekerja di Blok West Madura, menjelaskan, kapasitas fasilitas terapung penampung minyak itu mencapai 650.000 barrel. Kapal itu untuk menampung hasil produksi blok tersebut yang berkisar 16.000-17.000 barrel per hari. Tiap 10 hari sekali, sebagian besar hasil produksi minyak itu dijual untuk memenuhi kebutuhan domestik di kilang- kilang PT Pertamina.
Perjalanan tiga jam
Demi memperoleh emas hitam di lepas pantai, ratusan karyawan harus bekerja dan tinggal di tengah laut selama beberapa minggu, terpisah dari keluarga. Setiap hari pula, mereka harus bekerja di sumber minyak dan gas bumi yang memiliki tingkat risiko keselamatan kerja tinggi. Untuk mencapai pantai di Gresik, Jawa Timur, mereka harus menempuh perjalanan laut selama tiga jam.
Hidup di tengah laut selama beberapa minggu telah menjadi bagian dari kehidupan sehari- hari para pekerja migas di blok yang berlokasi di lepas pantai. Djatmiko Djati (49), yang menjabat sebagai Kepala Produksi West Madura Offshore, telah bekerja di sektor migas sejak tahun 1991. " Saya biasanya bekerja di lapangan dua minggu, tinggal di rumah seminggu, dan bekerja di kantor selama seminggu," tuturnya.
Meski setiap hari harus menghadapi risiko keselamatan jiwa, ia mengaku senang bisa bergelut di dunia migas dan tak pernah khawatir terhadap keselamatannya saat bekerja. Bagi Djatmiko, risiko kecelakaan merupakan konsekuensi dari pekerjaan yang telah menjadi pilihan hidupnya selama puluhan tahun.
Mereka juga harus menghadapi ancaman gelombang laut yang tinggi saat cuaca buruk. Pada puncak musim hujan, Januari hingga Maret, ketinggian gelombang laut di area tersebut mencapai lima meter dan sempat merusak sebagian fasilitas operasi migas. Berulang kali pula sejumlah peralatan di fasilitas operasi harus diganti lantaran hanyut tersapu ombak.
PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, operator Blok West Madura Offshore, misalnya, pertengahan Januari lalu melaporkan kehilangan produksi minyak 2.300 barrel per hari akibat ombak tinggi dan angin kencang sehingga mesin pembangkit listrik putus dan tongkang rusak. Satu kapal kru tenggelam. Beruntung empat awaknya selamat.
Berburu emas hitam ke lepas pantai menjadi tantangan industri migas nasional. Ke depan, mayoritas cadangan migas berada di perairan dalam di kawasan timur Indonesia. Karena itu, penguasaan teknologi, adanya fasilitas operasi termasuk rig, serta ketersediaan sumber daya manusia yang berpengalaman dan ahli di sektor migas, menjadi kunci keberhasilan pengembangan migas di laut dalam. (EVY RACHMAWATI)
Editor :
Erlangga Djumena
Anda sedang membaca artikel tentang
Berburu Emas Hitam ke Lepas Pantai
Dengan url
http://chooseacolorfengshui.blogspot.com/2013/04/berburu-emas-hitam-ke-lepas-pantai.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Berburu Emas Hitam ke Lepas Pantai
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Berburu Emas Hitam ke Lepas Pantai
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar